Pentingnya Supporter dalam Pertandingan, Bagai Bumbu dalam Sayuran
>> Tuesday, July 27, 2010
Coba bayangkan apa jadinya jika sebuah pertandingan tanpa supporter? Hambar pastinya. Seperti sayur tanpa garam. Tidak berasa, kurang greget, dan terkesan sepi-sepi saja. Kehadiran supporter memang penting untuk memeriahkan sebuah pertandingan. Tidak hanya itu, supporter juga penting untuk memberikan semangat kepada pemain yang sedang bertanding. Percaya atau tidak, teriakan dan dukungan dari supporter diyakini mampu meningkatkan adrenalin para pemain dan mampu meningkatkan semangat mereka untuk memenangkan pertandingan.
Hal ini tentunya berlaku juga bagi keberadaan supporter di MSD10. Kehadiran mereka sangat penting untuk menyemangati seluruh tim yang bertanding. Teriakan-teriakan, yel-yel, gemuruh drum, sampai kibaran bendera masing-masing tim sangat dibutuhkan untuk semakin membakar adrenalin para pemain. Namun sayangnya, supporter di MSD10 kali ini terlihat lebih sepi dibandingkan tahun lalu. Entah karena supporter yang tidak dilombakan lagi, atau karena alasan lain, secara kasat mata terlihat bahwa supporter kali ini tidak seheboh MVD09 lalu. Jika diamati satu per satu, dapat kita lihat bagaimana supporter dari masing-masing tim begitu berbeda.
Dari kubu Otto, patut diacungi jempol karena supporter mereka masih tetap seramai tahun lalu walau sebagian besar dari mereka berasal dari Bandung. Banyangkan saja, pukul empat pagi mereka harus sudah berangkat ke Jakarta untuk menyemangati timnya yang akan berlaga. Dengan seragam kaos putih dan syal oranye, mereka masih tampil all out walau minus hiasan payung-payung berlogo value dan tulisan OTTO, bersemangat dengan yel-yel dan drum. Meski memang tidak seheboh tahun lalu, namun keberadaan mojang-mojang Bandung mampu membuat supporter Otto menjadi menarik. Bergeser ke kiri, ada kubu MBS yang ternyata juga tidak kalah ramainya. Sama dengan supporter Otto, mereka berseragam kaos putih yang bagian depannya berlogo seperti logo sebuah klub sepakbola terkenal di Liga Premier. Bermodalkan drum, bendera kebangsaan MBS, dan rumbai-rumbai merah, riuh teriakan tak henti-hentinya mereka kumandangkan tiap kali timnya bertanding.
Berpindah ke sisi seberang, ada supporter Landson, Andini, dan Menjangan Sakti. Sekilas dapat terlihat bagaimana jumlah supporter di ketiga kubu menurun drastis dibandingkan tahun lalu. Sama dengan supporter Otto dan MBS, tidak banyak yang berubah dari supporter Landson kali ini. Masih dengan bendera perusahaan berukuran raksasa, dengan drum-drum dan teriakan yang membahana, mereka terus-terusan menyemangati timnya. Sedangkan dari kubu Andini, kreativitas supporternya juga tidak seheboh tahun lalu. Kali ini hanya dengan bermodalkan suara, yel-yel, drum-drum kecil, dan bendera berukuran raksasa, suara mereka kalah terdengar jika dibandingkan dengan yang lain. Lalu bagaimana dengan Menjangan Sakti? Sayang sekali tidak ada kreativitas apapun yang terlihat di sana. Tidak ada bunyi musik ataupun yel-yel yang terdengar. Hanya sekali-kali riuh teriakan dari supporter Menjangan Sakti untuk menyemangati timnya.
Sungguh disayangkan jika melihat bagaimana menurunnya kualitas supporter di MSD10 lalu. Mengingat pentingnya keberadaan mereka bagi tim yang bertanding, sudah sepatutnya jika mereka memberi dukungan dan tampil bersama penuh semangat sehingga pemain pun menjadi terpacu untuk lebih maksimal dalam memberikan perlawanan. Dan yang lebih disayangkan lagi, jauh sebelum pertandingan berakhir, begitu banyak supporter yang meninggalkan kursinya dan membiarkan timnya berlaga tanpa dukungan dari mereka. Apakah memang hanya sebatas itulah arti kebersamaan dalam sebuah tim? Ada baiknya jika hal itu kita renungkan kembali.
0 comments:
Post a Comment